Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera (Analysis of Economic Growth Sumatera)
1. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi yang berkepanjangan. Isu mengenai pertumbuhan ekonomi selalu diperhatikan dalam analisis makro ekonomi seperti kelesuan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu yang menyebabkan dampak negatif bagi ekonomi. Pada umumnya berbagai ekonomi mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari pada tingkat pertumbuhan yangsecara potensial dapat dicapainya. Dampak dari pertumbuhan ekonomi yang lambat menyebabkan perekonomian tidak mencapai kesempatan kerja penuh dan masalah pengangguran merupakan tantangan yang selalu harus dihadapi dan diatasi dalam jangka panjang,
Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan rata-rata dari output yang dihasilkan setiap orang dalam produksi barang dan jasa yang merupakan tingkat pertumbuhan perkapita secara rill bagi setiap orang (Shone. R, 1988). Selain itu pertumbuhan ekonomi dapat disebut sebagai peningkatan GDP rill (Mankiw, 2007). Baik kenaikan secara lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita setiap orang dalam perekonomian suatu Negara pada tahun tertentu (Subandi, 2011).
Menurut Todaro (2006) terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang diwujudkan dalam tanah, peralatan fisik, modal dan sumber daya manusia. Contohnya adalah pembangunan jalan raya, penyediaan listrik persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi. Investasi sumber daya manusia bisa diwujudkan berupa peningkatan efektivitas pendidikan formal, program pendidikan, dan pelatihan kerja. Kedua, pertumbuhan penduduk dapat menambah jumlah angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang besar akan menambah produktivitas, sedangkan pertumbuhan penduduk yang besar dapat memperluas pasar domestik. Ketiga, kemajuan teknologi yang dibedakan menjadi tiga, yaitu bersifat netral, hemat tenaga kerja, dan hemat modal.
Dari gambar 2 diatas menunjukkan bahwa investasi dari sektor swasta yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Pulau Sumatera. Penanaman Modal Dalam Negeri tertinggi yaitu pada Provinsi Riau sebesar 62.735,1 Miliyar Rupiah, kedua yaitu pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 54.119,3 Miliyar Rupiah, Penanaman Modal Dalam Negeri tertinggi ketiga di Pulau sumatera yaitu pada Provinsi Sumatera Utara sebesar 48.956 Miliyar Rupiah, keempat yaitu pada Provinsi Lampung sebesar 28.892,5 Miliyar Rupiah dan diikuti oleh Provinsi lainnya yang ada di Pulau Sumatera.
Naik turunnya pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu Investasi. Menurut Nasution (2020) investasi adalah pembelanjaan modal yang digunakan untuk membeli perlengkapan untuk tujuan menambah kapasitas produksi barang ataupun jasa. Investasi menurut jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu investasi yang berasal dari pemerintah dan investasi yang berasal dari pihak swasta.
Gambar 2 diatas menunjukkan jumlah penduduk tiap provinsi yang ada di Pulau Sumatera tahun 2015-
2019. Dari gambar diatas jumlah penduduk tertinggi yaitu pada Provinsi Lampung sebesar 41.430.208
jiwa, kedua pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 41.368.884 jiwa, ketiga yaitu pada Provinsi
Sumatera Utara sebesar 36.205.259 jiwa, selanjutnya jumlah penduduk tertinggi keempat yaitu pada
provinsi Riau sebesar 33.289.938 jiwa, dan diikuti oleh Provinsi lainnya yang ada di Pulau Sumatera.
Secara konseptual, jumlah penduduk berpengaruh terhadap output perekonomian. Output perekomian
yang tinggi bisa diperoleh dari produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh penduduk. Semakin
banyak jumlah penduduk maka suatu negara akan mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa,
yang berarti juga dapat mengkonsumsi lebih banyak barang dan jasa. Hal ini selanjutnya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi (Thuku et al, 2013).
Gambar 4 di atas menunjukkan jumlah angkatan kerja tiap Provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Dari
gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja tertinggi yaitu pada Provinsi Sumatera Utara
sebesar 33.685.354 jiwa, kedua yaitu provinsi Sumatera Selatan sebesar 20.594.482 jiwa, jumlah
angkatan kerja ketiga yaitu Provinsi Lampung sebesar 20.507.714 jiwa, selanjutnya jumlah angkatan
kerja ke empat yaitu Provinsi Riau sebesar 15.019.506 jiwa, dan selanjutnya diikuti oleh Provinsi lain
yang ada di Pulau Sumatera.
Angkatan kerja merupakan salah satu faktor lain yang mempengaruhi output suatu daerah, angkatan
kerja akan terbentuk menjadi besar apabila suatu daerah mempunyai jumlah penduduk yang besar juga.
Penduduk yang besar memiliki kecendrungan membawa pertumbuhan ekonomi yang lambat apabila
tidak dapat mengatasi angkatan kerja yang tidak dapat terserap kedalam lapangan pekerjaan.
Sehingga analisis variabel PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), Jumlah penduduk, dan Angkatan
Kerja digunakan dalam penelitian ini dikarenakan variabel tersebut dapat melihat seberapa besar
pengaruh terhadap pertunbuhan ekonomi. oleh karena itu penulis mengambil judul penelitian “analisis
pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera Tahun 2015-2019”.
2. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Landasan Teori
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha
(wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di
dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:
1. Diperkenalkannya teknologi baru.
2. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha pengusaha lain yang
dapat meningkatkan hasil produksi.
Menurut teori Stein pada Tahun 1964, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman dan Siebert.
pertumbuhan ekonomi daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk
meningkatkan produksinya, sedangkan kegiatan produksi daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi
daerah yang bersangkutan, tetapi juga mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah. Dalam
hal ini penganut aliran Neo Klasik beranggapan bahwa mobilitas faktor produksi, baik modal maupun
tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan kurang lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan
tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga kesenjangan
pertumbuhan ekonomi cenderung melebar.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat
teknologi yang digunakan. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan
penduduk, produksi marjinal akan lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila
penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan
nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Teori Investasi
Menurut Solow-Swan campur tangan pemerintah tidak perlu terlalu banyak dalam mempengaruhi
pasar. Namun pemerintah hanya sebatas campur tangan dalam kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Dalam teori ini menjelaskan tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal
(investasi), bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Penjelasan dari teori
neo-klasik ini menunjukkan bahwa untuk menciptakan suatu pertumbuhan yang bagus maka diperlukan
suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.
Model dasar pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) (Mankiw,
2003) adalah:
Y = f (K,L)
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
115
Dimana:
Y = output
K = Kapital/ modal fisik
L = Angkatan kerja
3. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan variabel
terikat (dependent) yaitu pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data PDRB 10 Provinsi di Pulau
Sumatera. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu menggunakan data sekunder, berupa
time series dan cross section yang disebut juga sebagai data panel. Uji ini dilakukan untuk mengukur
seberapa besar pengaruh hubungan dari masing- masing variabel uji. Persamaan regresi berganda dalam
penelitian ini dapat dirumuskan:
PEit = 0 1PMDNit + 2JPDit +3AKit + εit
Keterangan:
0 = Konstanta
1, 2, 3, 4 = Koefisien Regresi
i = Provinsi-provinsi di Pulau Sumatera
t = Periode Waktu Tahun
PE = Pertumbuhan Ekonomi
PMDN = Penanaman Modal Dalam Ngeri
JPD = Jumlah Penduduk
AK = Angkatan Kerja
ε = error term
Data cross section dalam penelitian ini merupakan data 10 Provinsi di Pulau Sumateradan data time
series merupakan data dari 5 tahun terakhir yakni tahun 2015-2019. Sumber data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data Badan Pusat Statistika (BPS).
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data.
Variabel Indikator Simbol Sumber
Rasio
Pengukuran
Pertumbuhan
Ekonomi
PDRB
Menurut
Provinsi
Pulau
Sumatera
ADHK
2010
PDRB BPS Miliyar Rupiah
Investasi
Investasi
Penanaman
Modal
Dalam
Negeri
Menurut
Provinsi
PMDN BPS Miliyar Rupiah
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
116
Penduduk
Jumlah
Penduduk
JPD BPS Juta Jiwa
Tenaga Kerja
Angkatan
Kerja
AK BPS Juta Jiwa
Sumber: Penulis
4. Hasil dan Pembahasan
Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang telah diuji, variabel LN_PDRB yang ada di pulau Sumatera
dari lima puluh observasi diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 11.99995 Miliyar Rupiah, letak
tengah dari data yang sudag diurut atau (median) dari data sebesar 12.00410 Miliyar Rupiah, dengan
nilai minimum sebesar 10.54708 Miliyar Rupiah dan nilai maksimum sebesar 13.19842 Miliyar Rupiah.
Sedangkan standar deviasi dari data PDRB sepuluh provinsi di pulau Sumatera pada tahun 2015-2019
sebesar 0,79%.
Hasil deskripsi statistik pada variabel LN_PMDN atau Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan
sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera pada tahun 2015-2019 dengan nilai observasi lima puluh diketahui
bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 8.161670 Miliyar Rupiah, letak tengah dari data yang sudah diurut
atau (median) dari data sebesar 8.253161Miliyar Rupiah, dengan nilai minimum dari sebuah data
sebesar 5.692047 Miliyar Rupiah dan nilai maksimum dari sebuah data sebesar 10.17703 Miliyar
Rupiah. Sedangkan standar deviasi dari data PMDN sebesar 1,01%.
Hasil deskriptif statistik pada variabel LN_JPD atau Jumlah Penduduk di sepuluh Provinsi pada pulau
Sumatera pada tahun 2015-2019 dengan nilai observasi lima puluh diketahui bahwa nilai rata-rata
(mean) sebesar 15.258.670 Jiwa, letak tengah dari data yang sudah diurut atau (median) dari data
sebesar 15.477.620 Jiwa, dengan nilai minimum pada data sebesar 14.132.370 Jiwa dan nilai maksimum
pada data sebesar 15.955.250 Jiwa. Sedangkan standar deviasi dari data 0,62%. Hasil deskriptif statistik
pada variabel LN_AK atau angkatan kerja pada sepuluh provinsi di pulau Sumatera dengan nilai
observasi lima puluh persen diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 14.585.870 Jiwa, letak
tengah dari data yang sudah diurut atau (median) dari data sebesar 14.674.100 Jiwa, dengan nilai
minimum dari data tersebut sebesar 13.408.810 Jiwa dan nilai maksimum dari data sebesar 15.779.040
Jiwa. Sedangkan standar deviasi dari data LN_AK sebesar 0,70%.
Kemudian untuk nilai Jarque-Bera statistic dari setiap variabel pada penelitian ini adalah 2,04 untuk
LN_PDRB, 1,34 untuk LN_PMDN, 5,56 untuk LN_JPD, dan 2,66 untuk LN_AK. Disimpulkan bahwa
keseluruhan data memiliki kecenderungan berdistribusi normal. Berdasarkan hal tersebut ragam
menunjukkan pergerakan variabel-variabel bergerak fluktuatif atau cenderung sama dimana pada setiap
variabel berfluktuatif setiap tahun sehingga terdapat nilai ragam yang besar dan kecil, sehingga
menghasilkan nilai tinggi dan rendah pada setiap variabel. Simpangan baku menggambarkan seberapa
besar peningkatan maksimum dan minimum pada masing-masing variabel (Sugiyono, 2009).
Pemilihan Model Regresi Data Panel
Pada analisis data panel terdapat tiga model yang dapat digunakan yaitu Common Effect Model (CEM),
Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Untuk memilih model regresi data panel
tersebut dapat dilakukan melalui uji Chow, uji Hausman, dan uji Lagrange Multiplier (LM).
Tabel 2. Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 731.05398 (9,37) 0.0000
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
117
Cross-section Chi-square 259.32009 9 0.0000
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
Tabel 3. Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 10.655806 3 0.0000
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
Berdasarkan hasil uji Chow dan uji hausman v pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Prob F
sebesar 0.0000 yang nilainya lebih kecil dari nilai alpa 0,05 (Prob.F<0.05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga model yang tepat digunakan yaitu Fixed Effect.
Tabel 4. Hasil Estimasi Regresi data Panel pendekatan Fixed Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -16.12117 3.437965 -4.689162 0.0000
LN_PMDN 0.006588 0.00861 0.76515 0.4490
LN_JPD 1.000704 0.336112 2.97729 0.0051
LN_AK 0.877421 0.232789 3.769167 0.0006
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
Berdasarkan hasil estimasi pada tabel diatas, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
PE = -16,12117 + 0,006588PMDNit + 1,000704JPDit + 0,877421AKit
Uji Asumsi Klasik
uji normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Series: Standardized Residuals
Sample 2015 2019
Observations 50
Mean 2.75e-15
Median -0.086499
Maximum 1.022692
Minimum -0.741497
Std. Dev. 0.406638
Skewness 0.757420
Kurtosis 3.125010
Jarque-Bera 4.813260
Probability 0.090118
Gambar 4. Hasil uji Normalitas
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
Berdasarkan gambar 4 hasil dari uji normalitas di atas menunjukkan bahwa chi square( 2 ) sebesar
0,0901 lebih kecil dari 2 - tabel sebesar 66.3386. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan H0 gagal
ditolak, yang berarti bahwa residu tersebar normal, sehingga dalam penelitian ini tersebar normal dan
memenuhi uji asumsi normalitas.
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
118
Uji Heteroskedasitas
Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.97254 Prob. F(9,40) 0.0084
Obs*R-squared 20.03874 Prob. Chi-Square(9) 0.0177
Scaled explained SS 18.02092 Prob. Chi-Square(9) 0.0349
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
Hasil uji heteroskedasitas dengan metode white di atas mememiliki nilai chi-kuadrat hitung 20.0387
lebih kecil dibandingkan dengan chi-kuadrat tabel 66.3386, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
tersebut tidak terdapat masalah heteroskedasitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 6. Hasil uji autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 34.19855 Prob. F(2,44) 0.0000
Obs*R-squared 30.42654 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
Pada tabel 6 diatas menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey
serial correlation LM-test. Hasil uji autokorelasi memiliki nilai chi-kuadrat hitung 30.4265 lebih kecil
dibandingkan dengan chi-kuadrat tabel 66.3386, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak
terdapat masalah autokorelasi.
Deteksi Multikolinieritas
Tabel 7. Hasil deteksi multikolinieritas
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 2.578496 731.9512 NA
LN_PMDN 0.005448 104.5883 1.569763
LN_JPD 0.111306 7368.525 12.07251
LN_AK 0.091444 5535.079 12.57994
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
Tabel 7 di atas, menunjukkan hasil deteksi multikolinieritas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
Variance Inflation Factor (FIV) dari variabel Penanaman Modal Dalam Negeri memiliki nilai VIF
kurang dari lima maka dikategorikan mengalai kolineritas yang rendah, sedangkan pada variabel Jumlah
Penduduk dan variabel Angkatan Kerja memiliki nilai kolineritas lebih dari 10 artinya memiliki
kolineritas yang tinggi.
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
119
Penyembuhan Multikolinieritas
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik diketahui bahwa dalam penelitian ini memiliki satu masalah
asumsi klasik yang belum terpenuhi yaitu adanya masalah multikolinieritas. Berdasarkan (Agus
Widarjono, 2017) jika model kita mengandung multikolinieritas yang serius yakni korelasi yang tinggi
antar variabel independen, maka ada dua pilihan yaitu, membiarkan model tetap mengandung
multikolinieritas dan yang kedua memperbaiki model agar terbebas dari masalah multikolinieritas.
Berdasarkan dua penyembuhan tersebut dalam penelitian ini yaitu membiarkan model tetap
mengandung multikolinieritas. Menurut (Agus Widarjono, 2017) masalah multikolinieritas akan tetap
menghasilkan estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi
tidak adanya korelasi antarvariabel independen. Multikolinieritas hanya menyebabkan kita kesulitan
memperoleh estimator dengan standar error yang kecil. Masalah multikolinieritas biasanya juga timbul
karena mempunyai jumlah observasi yang sedikit. Maka tidak ada pilihan lain selain tetap
menggunakan model untuk analisis regresi walaupun mengandung masalah multikolinieritas.
Pengujian Statistik
Uji t
Uji t merupakan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individual
(parsial) terhadap variabel terikat. Uji ini menggunakan tingkat keyakinan 95% dengan alpha 0,05 dan
df = n-k-= 50-3 = 47, setelah itu diperoleh nilai t-table 2,011. Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung
dan t-tabel. Kriteria yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut:
Nilai t-statistik > t-tabel = H0 ditolak, artinya variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel
terikat.
Nilai t-statistik < t-tabel = H0 diterima, artinya variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap
variabel terikat.
Tabel 8. Hasil uji t-statistik variabel penanaman Modal dalam Negeri (PMDN)
Variable Coefficient t-tabel t-Statistic Prob.
LN_PMDN 0.006588 0.008610 0.765150 0.4490
LN_JPD 1.000704 0.336112 2.977290 0.0051
LN_JAK 0.877421 0.232789 3.769167 0.0006
Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)
uji F
Dari hasil pengujian dari model yang dipilih yaitu Fixed Effect Model menunjukan nilai F-statistik
sebesar 2078.839, nilai probabilitias (F-statistik) sebesar 0.000000 dan nilai F-tabel 2.80 (α = 5%).
Berdasarkan tabel, nilai probabilitas F statistik 0,0000 lebih kecil dibanding 0,05 yang artinya secara
bersama-sama adanya PMDN, JPD dan AK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
pulau sumatera. Hal ini juga didukung dengan nilai F statistik yang lebih besar dari F tabel dimana F
statistik sebesar 2078.839> F-tabel sebesar 2,80.
koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang menginformasikan baik atau tidaknya model
regresi yang diestimasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis
regresi yang telah diestimasi dengan data sesungguhnya. Dari hasil pengujian Fixed Effect Model
diperoleh nilai R-squared sebesar 0.998039 yang artinya variabel bebas mampu menjelaskan perubahan
pada pertumbuhan ekonomi sebesar 99,803 persen, sedangkan sisanya (0,197 persen) dijelaskan oleh
variabel lain diluar model yang digunakan dalam penelitian ini.
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
120
Pembahasan
Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan pada tingkat keyakinan 95% atau (α=5%), dengan nilai
koefisien dari variabel Penanaman Modal Dalam Negeri adalah 0,0065 dan nilai tersebut berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di sepuluh Provinsi di pulau Sumatera dan secara statistik tidak
signifikan. Hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan dari hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (studi kasus 26 Provinsi di Indonesia pra dan pasca otonomi)
yang menyatakan bahwa variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mempengaruhi secara positif
namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tabel 9. Rata-rata PMDN di Sepuluh Provinsi Pulau Sumatera Tahun 2015-2019 Rata-Rata PMDN Pada Sepuluh
Provinsi di Pulau Sumatera
PROVINSI PMDN
ACEH 7.575
SUMUT 9.024
SUMBAR 7.734
RIAU 9.315*
JAMBI 8.161
SUMSEL 9.252**
BENGKULU 7.193***
LAMPUNG 8.355
KEP.BANGKA 7.621
KEP.RIAU 7.377
Sumber: badan pusat statistika (data diolah menggunakan eviews 9)
* : Berdasarkan rata-rata PMDN tertinggi pertama
** : Berdasarkan rata-rata PMDN tertinggi kedua
***: Berdasarkan rata-rata PMDN terendah
Dari tabel 9 dapat diperoleh bahwa pada penelitian ini dari 10 provinsi yang ada di pulau sumatera
mempunyai rata-rata penanaman modal dalam negeri tertinggi yaitu didominasi oleh Provinsi Riau dengan
nilai rata-rata sebesar 9,31 persen serta provinsi Sumatera Selatan sebesar 9,25 persen, dan nilai rata-rata
terendah yaitu pada provinsi Bengkulu dengan nilai rata-rata sebesar 7,19 persen.
Alasan Penanaman Modal Dalam Negeri tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi khususnya di
sepuluh Provinsi yang ada di pulau Sumatera karena seperti yang dijelaskan pada penelitian terdahulu oleh
Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2005) bahwa tidak pengaruhnya penanaman modal atau investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi karena bahwa daerah belum memberikan iklim yang kondusif bagi investor
dalam negeri. Seperti masih rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepastian hukum dan berbagai
peraturan daerah (Perda) yang tidak menunjukkan pro terhadap bisnis atau kurangnya dukungan terhadap
bisnis lokal yang mengidentifikasikan sebagai bukti iklim bisnis yang tidak kondusif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penanaman modal dalam negeri memiliki pengaruh yang
tidak signifikan. Ketidaksignifikannya investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan
disebabkan karena investasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang berperan besar dalam peningkatan
ekonomi di Sumatera Selatan. Selain itu investasi condong ke arah perkotaan saja, sedangkan demografi
lebih banyak area atau daerah yang sumber penghasilannya adalah pertanian. Sehingga penggunaan
investasi untuk pembanguanan dinilai sering kurang tepat sasaran, dari pada itu tidak dapat meningkatkan
suatu pertumbuhan ekonomi daerah.
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
121
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil estimasi antara variabel jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi diperoleh
bahwa nilai probabilitas yang lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga hipotesis diterima atau
dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Artinya ketika terjadi peningkatan Jumlah Penduduk maka Pertumbuhan Ekonomi akan
mengalami peningkatan yang signifikan. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. jumlah penduduk yang besar menyebabkan konsumsi barang dan
jasa meningkat, peningkatan konsumsi barang dan jasa dapat meningkatkan pengeluaran agragate
sehingga peningkatan pengeluaran agregate berarti terjadi peningkatan pendapatan atau GNP, dengan
begitu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pulau Sumatera.
Penelitian ini memiliki hasil yang sejalan dengan teori model Kremerian dan Mankiw (2006) yang
menyatakan bawa kunci dalam memajukan kesejahteraan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk. Jika
penduduk semakin banyak atau bertambah, maka akan semakain banyak para ilmuwa, peneliti, ataupun
para ahli yang akan memberikan kontribusinya pada suatu inovasi dan kemajuan teknologi.
Penelitain ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ria Finola Ifani (2021) yang menyatakan bahwa
Jumlah Penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jika dilihat dari
nilai probabilitas t sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan Jumlah Penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Oktari, Yomalinda, dan Jolianis, (2014) yang
menyatakan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah
Provinsi Sumatra Barat.
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Penduduk di pulau Sumatera Tahun 2015-2019 Rata-rata persentase Jumlah
Penduduk Pada Sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera
PROVINSI JPD
ACEH 15.46
SUMUT 15.79
SUMBAR 15.48
RIAU 15.71
JAMBI 15.07
SUMSEL 15.92**
BENGKULU 14.47
LAMPUNG 15.92*
KEP.BANGKA 14.17***
KEP.RIAU 14.54
Sumber: badan pusat statistika (data diolah menggunakan eviews 9)
* : Berdasarkan rata-rata JPD tertinggi pertama
** : Berdasarkan rata-rata JPD tertinggi kedua
***: Berdasarkan rata-rata JPD terendah
Dari tabel di atas dapat diperoleh bahwa pada penelitian ini dari 10 provinsi yang ada di pulau sumatera
mempunyai rata-rata jumlah penduduk tertinggi yaitu didominasi oleh Provinsi Lampung dengan nilai ratarata
sebesar 15,92 persen serta provinsi Sumatera Selatan sebesar 15,92 persen, dan nilai rata-rata terendah
yaitu pada provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan nilai rata-rata sebesar 14,17 persen.
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
122
Berdasarkan Bank Indonesia (2019) laporan perekonomian provinsi Lampung periode november 2019,
ekonomi Lampung tumbuh sebesar 5,16%. Pencapaian ini berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi
selama tiga tahun terakhir, meskipun demikian pertumbuhan ekonomi Lampung pada tahun 2019 masih
berada di atas pertumbuhan ekonomi Sumatera. Tentunya pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh jumlah
penduduk provinsi Lampung yang terus bertambah setiap tahunnya. Seiring dengan laju pertumbuhan
ekonomi yang meningkat, tingkat pengangguran wilayah cenderung menurun pada tahun 2015-2019 masih
mampu diserap oleh lapangan kerja yang tersedia.
Pengaruh Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
diperoleh bahwa nilai probabilitas yang lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga hipotesis diterima
atau dapat dikatakan bahwa angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Artinya ketika terjadi perningkatan angkatan kerja akan meningkatan pertumbuhan ekonomi
secara signifikan. Berdasarkan penelitian ini maka diketahui bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Pulau Sumatera perlu ditingkatkannya jumlah angkatan kerja karena dengan adanya jumlah
angkatan kerja tinggi dan khususnya terdidik, terlatih akan meningkatkan produktivitas. Sehingga
meningkatkan jumlah produksi atau output, dengan demikian juga akan meningkatkan nilai tambah, yang
pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Avanda Fahri Athari (2009), yang menyatakan
bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi, yaitu
semakin bertambah jumlah tenaga kerja semakin pertambah pula tingkat petumbuhan ekonomi. Hal ini
sesuai dengan teori yang digunakan yaitu teori yang di kemukakan oleh Todaro bahwa pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang
memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat
produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang benar-benar cepat akan memberikan dampak positif dari
pembagunan ekonomi. Angkatan kerja merupakan indikasi besarnya persentase penduduk usia kerja yang
aktif secara ekonomi disuatu negara atau wilayah. Semakin tinggi tingkat angkatan kerja, maka semakin
tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam
suatu perekonomian.
Angkatan kerja merupakan indikasi besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi
disuatu negara atau wilayah. Semakin tinggi tingkat angkatan kerja, maka semakin tinggi pula pasokan
tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Tabel 11. Rata-rata angkatan kerja di pulau Sumatera Tahun 2015-2019 Rata-Rata Angkatan Kerja pada
Sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera
PROVINSI AK
ACEH 14.64
SUMUT 15.71*
SUMBAR 14.72
RIAU 14.91
JAMBI 14.35
SUMSEL 15.23**
BENGKULU 13.8
LAMPUNG 15.22
KEP.BANGKA 13.46***
KEP.RIAU 13.76
Sumber: badan pusat statistika (data diolah menggunakan eviews 9)
* : Berdasarkan rata-rata AK tertinggi pertama
** : Berdasarkan rata-rata AK tertinggi kedua
***: Berdasarkan rata-rata AK terendah
2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124
123
Berdasarkan perhitungan rata-rata angkatan kerja pada sepuluh provinsi yang ada di Pulau Sumatera
diketahui bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki rata-rata tertinggi sebesar 15,71 persen, setelah itu ratarata
angkatan kerja tertinggi kedua yaitu provinsi Sumatera Selatan, dan rata-rata angkatan kerja terendah
ada pada provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 13,46 persen.
Angkatan kerja memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, apabila angka angkatan kerja
meningkat dan tersebar merata memberikan dampak positif meningkatnya perekonomian suatu daerah
tersebut. Pada provinsi Sumatera Utara, menurut laporan perekonomian Bank Indonesia (2019),
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2019 tumbuh cukup tinggi sebesar 5,11% (yoy).
5. Kesimpulan
Jumlah penduduk, angkatan kerja memiliki pengaruh positif secara signifikan dan penanaman modal dalam
negeri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Pulau Sumatera. Serta investasi
PMDN, Angkatan kerja dan jumlah penduduk besama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Pulau Sumatera tahun 2015-2019.
Limitasi dan Studi Lanjutan
Pada penelitian ini yang menjadi limitasi atau kelemahan adalah kurangnya data yang diperoleh sehingga
memiliki keterbatasan pada saat proses penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian selanjutnya
diharapkan dapat lebih luas lagi mendeskripsikan terkait indikator lain dari pertumbuhan ekonomi
sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan lebih maksimal dalam menjelaskan fenomena.
Ucapan terima kasih
Puja dan puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberikan kami segala
kemudahan dalam menyelesaikan penelitian ini dalam waktu yang sesingkat-sesingkatnya. Tak lupa
ucapan terima kasih kami haturkan dengan tulus kepada Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si, Ibu Dr. Neli Aida,
S.E., M.Si, Bapak Dr. Heru Wahyudi, S.E., M.Si, dan Bapak Dedi Yuliawan, S.E., M.Si selaku pembahas
dan pembimbing tugas Ujian Akhir. Meskipun Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, Semoga hasil
yang didapatkan sebaik kerja keras yang telah saya berikan untuk pembuatan artikel ini. Sekian dan
Terima kasih.
0 comments:
Post a Comment