header

header
aceh
  • Latest News

    Powered by Blogger.
    Sunday, August 25, 2024

    Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera (Analysis of Economic Growth Sumatera)

    Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera (Analysis of Economic Growth Sumatera)

    1. Pendahuluan

    Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi yang berkepanjangan. Isu mengenai pertumbuhan ekonomi selalu diperhatikan dalam analisis makro ekonomi seperti kelesuan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu yang menyebabkan dampak negatif bagi ekonomi. Pada umumnya berbagai ekonomi mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari pada tingkat pertumbuhan yangsecara potensial dapat dicapainya. Dampak dari pertumbuhan ekonomi yang lambat menyebabkan perekonomian tidak mencapai kesempatan kerja penuh dan masalah pengangguran merupakan tantangan yang selalu harus dihadapi dan diatasi dalam jangka panjang,  



    Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan rata-rata dari output yang dihasilkan setiap orang dalam 
    produksi barang dan jasa yang merupakan tingkat pertumbuhan perkapita secara rill bagi setiap orang (Shone. R, 1988). Selain itu pertumbuhan ekonomi dapat disebut sebagai peningkatan GDP rill (Mankiw, 2007). Baik kenaikan secara lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita setiap orang dalam perekonomian suatu Negara pada tahun tertentu (Subandi, 2011).


    Menurut Todaro (2006) terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang diwujudkan dalam tanah, peralatan fisik, modal dan sumber daya manusia. Contohnya adalah pembangunan jalan raya, penyediaan listrik persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi. Investasi sumber daya manusia bisa diwujudkan berupa peningkatan efektivitas pendidikan formal, program pendidikan, dan pelatihan kerja. Kedua, pertumbuhan penduduk dapat menambah jumlah angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang besar akan menambah produktivitas, sedangkan pertumbuhan penduduk yang besar dapat memperluas pasar domestik. Ketiga, kemajuan teknologi yang dibedakan menjadi tiga, yaitu bersifat netral, hemat tenaga kerja, dan hemat modal.


    Dari gambar 2 diatas menunjukkan bahwa investasi dari sektor swasta yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Pulau Sumatera. Penanaman Modal Dalam Negeri tertinggi yaitu pada Provinsi Riau sebesar 62.735,1 Miliyar Rupiah, kedua yaitu pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 54.119,3 Miliyar Rupiah, Penanaman Modal Dalam Negeri tertinggi ketiga di Pulau sumatera yaitu pada Provinsi Sumatera Utara sebesar 48.956 Miliyar Rupiah, keempat yaitu pada Provinsi Lampung sebesar 28.892,5 Miliyar Rupiah dan diikuti oleh Provinsi lainnya yang ada di Pulau Sumatera.


    Naik turunnya pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu Investasi. Menurut Nasution (2020) investasi adalah pembelanjaan modal yang digunakan untuk membeli perlengkapan untuk tujuan menambah kapasitas produksi barang ataupun jasa. Investasi menurut jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu investasi yang berasal dari pemerintah dan investasi yang berasal dari pihak swasta.


    Gambar 2 diatas menunjukkan jumlah penduduk tiap provinsi yang ada di Pulau Sumatera tahun 2015-

    2019. Dari gambar diatas jumlah penduduk tertinggi yaitu pada Provinsi Lampung sebesar 41.430.208

    jiwa, kedua pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 41.368.884 jiwa, ketiga yaitu pada Provinsi

    Sumatera Utara sebesar 36.205.259 jiwa, selanjutnya jumlah penduduk tertinggi keempat yaitu pada

    provinsi Riau sebesar 33.289.938 jiwa, dan diikuti oleh Provinsi lainnya yang ada di Pulau Sumatera.

    Secara konseptual, jumlah penduduk berpengaruh terhadap output perekonomian. Output perekomian

    yang tinggi bisa diperoleh dari produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh penduduk. Semakin

    banyak jumlah penduduk maka suatu negara akan mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa,

    yang berarti juga dapat mengkonsumsi lebih banyak barang dan jasa. Hal ini selanjutnya akan

    mendorong pertumbuhan ekonomi (Thuku et al, 2013).


    Gambar 4 di atas menunjukkan jumlah angkatan kerja tiap Provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Dari

    gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja tertinggi yaitu pada Provinsi Sumatera Utara

    sebesar 33.685.354 jiwa, kedua yaitu provinsi Sumatera Selatan sebesar 20.594.482 jiwa, jumlah

    angkatan kerja ketiga yaitu Provinsi Lampung sebesar 20.507.714 jiwa, selanjutnya jumlah angkatan

    kerja ke empat yaitu Provinsi Riau sebesar 15.019.506 jiwa, dan selanjutnya diikuti oleh Provinsi lain

    yang ada di Pulau Sumatera.


    Angkatan kerja merupakan salah satu faktor lain yang mempengaruhi output suatu daerah, angkatan

    kerja akan terbentuk menjadi besar apabila suatu daerah mempunyai jumlah penduduk yang besar juga.

    Penduduk yang besar memiliki kecendrungan membawa pertumbuhan ekonomi yang lambat apabila

    tidak dapat mengatasi angkatan kerja yang tidak dapat terserap kedalam lapangan pekerjaan.

    Sehingga analisis variabel PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), Jumlah penduduk, dan Angkatan

    Kerja digunakan dalam penelitian ini dikarenakan variabel tersebut dapat melihat seberapa besar

    pengaruh terhadap pertunbuhan ekonomi. oleh karena itu penulis mengambil judul penelitian “analisis

    pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera Tahun 2015-2019”.


    2. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

    Landasan Teori

    Pertumbuhan Ekonomi

    Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha

    (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di

    dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:

    1. Diperkenalkannya teknologi baru.

    2. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.

    3. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha pengusaha lain yang

    dapat meningkatkan hasil produksi.

    Menurut teori Stein pada Tahun 1964, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman dan Siebert.

    pertumbuhan ekonomi daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk

    meningkatkan produksinya, sedangkan kegiatan produksi daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi

    daerah yang bersangkutan, tetapi juga mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah. Dalam

    hal ini penganut aliran Neo Klasik beranggapan bahwa mobilitas faktor produksi, baik modal maupun

    tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan kurang lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan

    tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga kesenjangan

    pertumbuhan ekonomi cenderung melebar.

    Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,

    yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat

    teknologi yang digunakan. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan

    penduduk, produksi marjinal akan lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila

    penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi

    produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan

    nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.

    Teori Investasi

    Menurut Solow-Swan campur tangan pemerintah tidak perlu terlalu banyak dalam mempengaruhi

    pasar. Namun pemerintah hanya sebatas campur tangan dalam kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

    Dalam teori ini menjelaskan tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal

    (investasi), bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Penjelasan dari teori

    neo-klasik ini menunjukkan bahwa untuk menciptakan suatu pertumbuhan yang bagus maka diperlukan

    suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.

    Model dasar pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) (Mankiw,

    2003) adalah:

    Y = f (K,L)

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    115

    Dimana:

    Y = output

    K = Kapital/ modal fisik

    L = Angkatan kerja

    3. Metode Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan variabel

    terikat (dependent) yaitu pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data PDRB 10 Provinsi di Pulau

    Sumatera. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu menggunakan data sekunder, berupa

    time series dan cross section yang disebut juga sebagai data panel. Uji ini dilakukan untuk mengukur

    seberapa besar pengaruh hubungan dari masing- masing variabel uji. Persamaan regresi berganda dalam

    penelitian ini dapat dirumuskan:

    PEit = 0 1PMDNit + 2JPDit +3AKit + εit

    Keterangan:

    0 = Konstanta

    1, 2, 3, 4 = Koefisien Regresi

    i = Provinsi-provinsi di Pulau Sumatera

    t = Periode Waktu Tahun

    PE = Pertumbuhan Ekonomi

    PMDN = Penanaman Modal Dalam Ngeri

    JPD = Jumlah Penduduk

    AK = Angkatan Kerja

    ε = error term

    Data cross section dalam penelitian ini merupakan data 10 Provinsi di Pulau Sumateradan data time

    series merupakan data dari 5 tahun terakhir yakni tahun 2015-2019. Sumber data sekunder yang

    digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data Badan Pusat Statistika (BPS).

    Tabel 1. Jenis dan Sumber Data.

    Variabel Indikator Simbol Sumber

    Rasio

    Pengukuran

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    PDRB

    Menurut

    Provinsi

    Pulau

    Sumatera

    ADHK

    2010

    PDRB BPS Miliyar Rupiah

    Investasi

    Investasi

    Penanaman

    Modal

    Dalam

    Negeri

    Menurut

    Provinsi

    PMDN BPS Miliyar Rupiah

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    116

    Penduduk

    Jumlah

    Penduduk

    JPD BPS Juta Jiwa

    Tenaga Kerja

    Angkatan

    Kerja

    AK BPS Juta Jiwa

    Sumber: Penulis

    4. Hasil dan Pembahasan

    Analisis Statistik Deskriptif

    Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang telah diuji, variabel LN_PDRB yang ada di pulau Sumatera

    dari lima puluh observasi diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 11.99995 Miliyar Rupiah, letak

    tengah dari data yang sudag diurut atau (median) dari data sebesar 12.00410 Miliyar Rupiah, dengan

    nilai minimum sebesar 10.54708 Miliyar Rupiah dan nilai maksimum sebesar 13.19842 Miliyar Rupiah.

    Sedangkan standar deviasi dari data PDRB sepuluh provinsi di pulau Sumatera pada tahun 2015-2019

    sebesar 0,79%.

    Hasil deskripsi statistik pada variabel LN_PMDN atau Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan

    sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera pada tahun 2015-2019 dengan nilai observasi lima puluh diketahui

    bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 8.161670 Miliyar Rupiah, letak tengah dari data yang sudah diurut

    atau (median) dari data sebesar 8.253161Miliyar Rupiah, dengan nilai minimum dari sebuah data

    sebesar 5.692047 Miliyar Rupiah dan nilai maksimum dari sebuah data sebesar 10.17703 Miliyar

    Rupiah. Sedangkan standar deviasi dari data PMDN sebesar 1,01%.

    Hasil deskriptif statistik pada variabel LN_JPD atau Jumlah Penduduk di sepuluh Provinsi pada pulau

    Sumatera pada tahun 2015-2019 dengan nilai observasi lima puluh diketahui bahwa nilai rata-rata

    (mean) sebesar 15.258.670 Jiwa, letak tengah dari data yang sudah diurut atau (median) dari data

    sebesar 15.477.620 Jiwa, dengan nilai minimum pada data sebesar 14.132.370 Jiwa dan nilai maksimum

    pada data sebesar 15.955.250 Jiwa. Sedangkan standar deviasi dari data 0,62%. Hasil deskriptif statistik

    pada variabel LN_AK atau angkatan kerja pada sepuluh provinsi di pulau Sumatera dengan nilai

    observasi lima puluh persen diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 14.585.870 Jiwa, letak

    tengah dari data yang sudah diurut atau (median) dari data sebesar 14.674.100 Jiwa, dengan nilai

    minimum dari data tersebut sebesar 13.408.810 Jiwa dan nilai maksimum dari data sebesar 15.779.040

    Jiwa. Sedangkan standar deviasi dari data LN_AK sebesar 0,70%.

    Kemudian untuk nilai Jarque-Bera statistic dari setiap variabel pada penelitian ini adalah 2,04 untuk

    LN_PDRB, 1,34 untuk LN_PMDN, 5,56 untuk LN_JPD, dan 2,66 untuk LN_AK. Disimpulkan bahwa

    keseluruhan data memiliki kecenderungan berdistribusi normal. Berdasarkan hal tersebut ragam

    menunjukkan pergerakan variabel-variabel bergerak fluktuatif atau cenderung sama dimana pada setiap

    variabel berfluktuatif setiap tahun sehingga terdapat nilai ragam yang besar dan kecil, sehingga

    menghasilkan nilai tinggi dan rendah pada setiap variabel. Simpangan baku menggambarkan seberapa

    besar peningkatan maksimum dan minimum pada masing-masing variabel (Sugiyono, 2009).

    Pemilihan Model Regresi Data Panel

    Pada analisis data panel terdapat tiga model yang dapat digunakan yaitu Common Effect Model (CEM),

    Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Untuk memilih model regresi data panel

    tersebut dapat dilakukan melalui uji Chow, uji Hausman, dan uji Lagrange Multiplier (LM).

    Tabel 2. Hasil Uji Chow

    Effects Test Statistic d.f. Prob.

    Cross-section F 731.05398 (9,37) 0.0000

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    117

    Cross-section Chi-square 259.32009 9 0.0000

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    Tabel 3. Hasil Uji Hausman

    Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

    Cross-section random 10.655806 3 0.0000

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    Berdasarkan hasil uji Chow dan uji hausman v pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Prob F

    sebesar 0.0000 yang nilainya lebih kecil dari nilai alpa 0,05 (Prob.F<0.05). Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga model yang tepat digunakan yaitu Fixed Effect.

    Tabel 4. Hasil Estimasi Regresi data Panel pendekatan Fixed Effect

    Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

    C -16.12117 3.437965 -4.689162 0.0000

    LN_PMDN 0.006588 0.00861 0.76515 0.4490

    LN_JPD 1.000704 0.336112 2.97729 0.0051

    LN_AK 0.877421 0.232789 3.769167 0.0006

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    Berdasarkan hasil estimasi pada tabel diatas, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

    PE = -16,12117 + 0,006588PMDNit + 1,000704JPDit + 0,877421AKit

    Uji Asumsi Klasik

    uji normalitas

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

    Series: Standardized Residuals

    Sample 2015 2019

    Observations 50

    Mean 2.75e-15

    Median -0.086499

    Maximum 1.022692

    Minimum -0.741497

    Std. Dev. 0.406638

    Skewness 0.757420

    Kurtosis 3.125010

    Jarque-Bera 4.813260

    Probability 0.090118

    Gambar 4. Hasil uji Normalitas

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    Berdasarkan gambar 4 hasil dari uji normalitas di atas menunjukkan bahwa chi square( 2 ) sebesar

    0,0901 lebih kecil dari 2 - tabel sebesar 66.3386. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan H0 gagal

    ditolak, yang berarti bahwa residu tersebar normal, sehingga dalam penelitian ini tersebar normal dan

    memenuhi uji asumsi normalitas.

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    118

    Uji Heteroskedasitas

    Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedasitas

    Heteroskedasticity Test: White

    F-statistic 2.97254 Prob. F(9,40) 0.0084

    Obs*R-squared 20.03874 Prob. Chi-Square(9) 0.0177

    Scaled explained SS 18.02092 Prob. Chi-Square(9) 0.0349

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    Hasil uji heteroskedasitas dengan metode white di atas mememiliki nilai chi-kuadrat hitung 20.0387

    lebih kecil dibandingkan dengan chi-kuadrat tabel 66.3386, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

    tersebut tidak terdapat masalah heteroskedasitas.

    Uji Autokorelasi

    Tabel 6. Hasil uji autokorelasi

    Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

    F-statistic 34.19855 Prob. F(2,44) 0.0000

    Obs*R-squared 30.42654 Prob. Chi-Square(2) 0.0000

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    Pada tabel 6 diatas menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey

    serial correlation LM-test. Hasil uji autokorelasi memiliki nilai chi-kuadrat hitung 30.4265 lebih kecil

    dibandingkan dengan chi-kuadrat tabel 66.3386, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak

    terdapat masalah autokorelasi.

    Deteksi Multikolinieritas

    Tabel 7. Hasil deteksi multikolinieritas

    Coefficient Uncentered Centered

    Variable Variance VIF VIF

    C 2.578496 731.9512 NA

    LN_PMDN 0.005448 104.5883 1.569763

    LN_JPD 0.111306 7368.525 12.07251

    LN_AK 0.091444 5535.079 12.57994

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    Tabel 7 di atas, menunjukkan hasil deteksi multikolinieritas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai

    Variance Inflation Factor (FIV) dari variabel Penanaman Modal Dalam Negeri memiliki nilai VIF

    kurang dari lima maka dikategorikan mengalai kolineritas yang rendah, sedangkan pada variabel Jumlah

    Penduduk dan variabel Angkatan Kerja memiliki nilai kolineritas lebih dari 10 artinya memiliki

    kolineritas yang tinggi.

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    119

    Penyembuhan Multikolinieritas

    Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik diketahui bahwa dalam penelitian ini memiliki satu masalah

    asumsi klasik yang belum terpenuhi yaitu adanya masalah multikolinieritas. Berdasarkan (Agus

    Widarjono, 2017) jika model kita mengandung multikolinieritas yang serius yakni korelasi yang tinggi

    antar variabel independen, maka ada dua pilihan yaitu, membiarkan model tetap mengandung

    multikolinieritas dan yang kedua memperbaiki model agar terbebas dari masalah multikolinieritas.

    Berdasarkan dua penyembuhan tersebut dalam penelitian ini yaitu membiarkan model tetap

    mengandung multikolinieritas. Menurut (Agus Widarjono, 2017) masalah multikolinieritas akan tetap

    menghasilkan estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi

    tidak adanya korelasi antarvariabel independen. Multikolinieritas hanya menyebabkan kita kesulitan

    memperoleh estimator dengan standar error yang kecil. Masalah multikolinieritas biasanya juga timbul

    karena mempunyai jumlah observasi yang sedikit. Maka tidak ada pilihan lain selain tetap

    menggunakan model untuk analisis regresi walaupun mengandung masalah multikolinieritas.

    Pengujian Statistik

    Uji t

    Uji t merupakan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individual

    (parsial) terhadap variabel terikat. Uji ini menggunakan tingkat keyakinan 95% dengan alpha 0,05 dan

    df = n-k-= 50-3 = 47, setelah itu diperoleh nilai t-table 2,011. Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung

    dan t-tabel. Kriteria yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut:

    Nilai t-statistik > t-tabel = H0 ditolak, artinya variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel

    terikat.

    Nilai t-statistik < t-tabel = H0 diterima, artinya variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap

    variabel terikat.

    Tabel 8. Hasil uji t-statistik variabel penanaman Modal dalam Negeri (PMDN)

    Variable Coefficient t-tabel t-Statistic Prob.

    LN_PMDN 0.006588 0.008610 0.765150 0.4490

    LN_JPD 1.000704 0.336112 2.977290 0.0051

    LN_JAK 0.877421 0.232789 3.769167 0.0006

    Sumber: Data di uji menggunakan E-views (2022)

    uji F

    Dari hasil pengujian dari model yang dipilih yaitu Fixed Effect Model menunjukan nilai F-statistik

    sebesar 2078.839, nilai probabilitias (F-statistik) sebesar 0.000000 dan nilai F-tabel 2.80 (α = 5%).

    Berdasarkan tabel, nilai probabilitas F statistik 0,0000 lebih kecil dibanding 0,05 yang artinya secara

    bersama-sama adanya PMDN, JPD dan AK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

    pulau sumatera. Hal ini juga didukung dengan nilai F statistik yang lebih besar dari F tabel dimana F

    statistik sebesar 2078.839> F-tabel sebesar 2,80.

    koefisien determinasi

    Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang menginformasikan baik atau tidaknya model

    regresi yang diestimasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis

    regresi yang telah diestimasi dengan data sesungguhnya. Dari hasil pengujian Fixed Effect Model

    diperoleh nilai R-squared sebesar 0.998039 yang artinya variabel bebas mampu menjelaskan perubahan

    pada pertumbuhan ekonomi sebesar 99,803 persen, sedangkan sisanya (0,197 persen) dijelaskan oleh

    variabel lain diluar model yang digunakan dalam penelitian ini.

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    120

    Pembahasan

    Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

    Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan pada tingkat keyakinan 95% atau (α=5%), dengan nilai

    koefisien dari variabel Penanaman Modal Dalam Negeri adalah 0,0065 dan nilai tersebut berpengaruh

    positif terhadap pertumbuhan ekonomi di sepuluh Provinsi di pulau Sumatera dan secara statistik tidak

    signifikan. Hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan dari hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian

    yang dilakukan oleh Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

    Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (studi kasus 26 Provinsi di Indonesia pra dan pasca otonomi)

    yang menyatakan bahwa variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mempengaruhi secara positif

    namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

    Tabel 9. Rata-rata PMDN di Sepuluh Provinsi Pulau Sumatera Tahun 2015-2019 Rata-Rata PMDN Pada Sepuluh

    Provinsi di Pulau Sumatera

    PROVINSI PMDN

    ACEH 7.575

    SUMUT 9.024

    SUMBAR 7.734

    RIAU 9.315*

    JAMBI 8.161

    SUMSEL 9.252**

    BENGKULU 7.193***

    LAMPUNG 8.355

    KEP.BANGKA 7.621

    KEP.RIAU 7.377

    Sumber: badan pusat statistika (data diolah menggunakan eviews 9)

    * : Berdasarkan rata-rata PMDN tertinggi pertama

    ** : Berdasarkan rata-rata PMDN tertinggi kedua

    ***: Berdasarkan rata-rata PMDN terendah

    Dari tabel 9 dapat diperoleh bahwa pada penelitian ini dari 10 provinsi yang ada di pulau sumatera

    mempunyai rata-rata penanaman modal dalam negeri tertinggi yaitu didominasi oleh Provinsi Riau dengan

    nilai rata-rata sebesar 9,31 persen serta provinsi Sumatera Selatan sebesar 9,25 persen, dan nilai rata-rata

    terendah yaitu pada provinsi Bengkulu dengan nilai rata-rata sebesar 7,19 persen.

    Alasan Penanaman Modal Dalam Negeri tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi khususnya di

    sepuluh Provinsi yang ada di pulau Sumatera karena seperti yang dijelaskan pada penelitian terdahulu oleh

    Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2005) bahwa tidak pengaruhnya penanaman modal atau investasi

    terhadap pertumbuhan ekonomi karena bahwa daerah belum memberikan iklim yang kondusif bagi investor

    dalam negeri. Seperti masih rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepastian hukum dan berbagai

    peraturan daerah (Perda) yang tidak menunjukkan pro terhadap bisnis atau kurangnya dukungan terhadap

    bisnis lokal yang mengidentifikasikan sebagai bukti iklim bisnis yang tidak kondusif.

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penanaman modal dalam negeri memiliki pengaruh yang

    tidak signifikan. Ketidaksignifikannya investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan

    disebabkan karena investasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang berperan besar dalam peningkatan

    ekonomi di Sumatera Selatan. Selain itu investasi condong ke arah perkotaan saja, sedangkan demografi

    lebih banyak area atau daerah yang sumber penghasilannya adalah pertanian. Sehingga penggunaan

    investasi untuk pembanguanan dinilai sering kurang tepat sasaran, dari pada itu tidak dapat meningkatkan

    suatu pertumbuhan ekonomi daerah.

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    121

    Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

    Berdasarkan hasil estimasi antara variabel jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi diperoleh

    bahwa nilai probabilitas yang lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga hipotesis diterima atau

    dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

    ekonomi. Artinya ketika terjadi peningkatan Jumlah Penduduk maka Pertumbuhan Ekonomi akan

    mengalami peningkatan yang signifikan. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam

    pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. jumlah penduduk yang besar menyebabkan konsumsi barang dan

    jasa meningkat, peningkatan konsumsi barang dan jasa dapat meningkatkan pengeluaran agragate

    sehingga peningkatan pengeluaran agregate berarti terjadi peningkatan pendapatan atau GNP, dengan

    begitu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pulau Sumatera.

    Penelitian ini memiliki hasil yang sejalan dengan teori model Kremerian dan Mankiw (2006) yang

    menyatakan bawa kunci dalam memajukan kesejahteraan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk. Jika

    penduduk semakin banyak atau bertambah, maka akan semakain banyak para ilmuwa, peneliti, ataupun

    para ahli yang akan memberikan kontribusinya pada suatu inovasi dan kemajuan teknologi.

    Penelitain ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ria Finola Ifani (2021) yang menyatakan bahwa

    Jumlah Penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jika dilihat dari

    nilai probabilitas t sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga dapat

    disimpulkan Jumlah Penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

    Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Oktari, Yomalinda, dan Jolianis, (2014) yang

    menyatakan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah

    Provinsi Sumatra Barat.

    Tabel 10. Rata-rata Jumlah Penduduk di pulau Sumatera Tahun 2015-2019 Rata-rata persentase Jumlah

    Penduduk Pada Sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera

    PROVINSI JPD

    ACEH 15.46

    SUMUT 15.79

    SUMBAR 15.48

    RIAU 15.71

    JAMBI 15.07

    SUMSEL 15.92**

    BENGKULU 14.47

    LAMPUNG 15.92*

    KEP.BANGKA 14.17***

    KEP.RIAU 14.54

    Sumber: badan pusat statistika (data diolah menggunakan eviews 9)

    * : Berdasarkan rata-rata JPD tertinggi pertama

    ** : Berdasarkan rata-rata JPD tertinggi kedua

    ***: Berdasarkan rata-rata JPD terendah

    Dari tabel di atas dapat diperoleh bahwa pada penelitian ini dari 10 provinsi yang ada di pulau sumatera

    mempunyai rata-rata jumlah penduduk tertinggi yaitu didominasi oleh Provinsi Lampung dengan nilai ratarata

    sebesar 15,92 persen serta provinsi Sumatera Selatan sebesar 15,92 persen, dan nilai rata-rata terendah

    yaitu pada provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan nilai rata-rata sebesar 14,17 persen.

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    122

    Berdasarkan Bank Indonesia (2019) laporan perekonomian provinsi Lampung periode november 2019,

    ekonomi Lampung tumbuh sebesar 5,16%. Pencapaian ini berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi

    selama tiga tahun terakhir, meskipun demikian pertumbuhan ekonomi Lampung pada tahun 2019 masih

    berada di atas pertumbuhan ekonomi Sumatera. Tentunya pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh jumlah

    penduduk provinsi Lampung yang terus bertambah setiap tahunnya. Seiring dengan laju pertumbuhan

    ekonomi yang meningkat, tingkat pengangguran wilayah cenderung menurun pada tahun 2015-2019 masih

    mampu diserap oleh lapangan kerja yang tersedia.

    Pengaruh Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

    Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan ekonomi

    diperoleh bahwa nilai probabilitas yang lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga hipotesis diterima

    atau dapat dikatakan bahwa angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

    ekonomi. Artinya ketika terjadi perningkatan angkatan kerja akan meningkatan pertumbuhan ekonomi

    secara signifikan. Berdasarkan penelitian ini maka diketahui bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi di Pulau Sumatera perlu ditingkatkannya jumlah angkatan kerja karena dengan adanya jumlah

    angkatan kerja tinggi dan khususnya terdidik, terlatih akan meningkatkan produktivitas. Sehingga

    meningkatkan jumlah produksi atau output, dengan demikian juga akan meningkatkan nilai tambah, yang

    pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera.

    Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Avanda Fahri Athari (2009), yang menyatakan

    bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi, yaitu

    semakin bertambah jumlah tenaga kerja semakin pertambah pula tingkat petumbuhan ekonomi. Hal ini

    sesuai dengan teori yang digunakan yaitu teori yang di kemukakan oleh Todaro bahwa pertumbuhan

    penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang

    memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat

    produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang benar-benar cepat akan memberikan dampak positif dari

    pembagunan ekonomi. Angkatan kerja merupakan indikasi besarnya persentase penduduk usia kerja yang

    aktif secara ekonomi disuatu negara atau wilayah. Semakin tinggi tingkat angkatan kerja, maka semakin

    tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam

    suatu perekonomian.

    Angkatan kerja merupakan indikasi besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi

    disuatu negara atau wilayah. Semakin tinggi tingkat angkatan kerja, maka semakin tinggi pula pasokan

    tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

    Tabel 11. Rata-rata angkatan kerja di pulau Sumatera Tahun 2015-2019 Rata-Rata Angkatan Kerja pada

    Sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera

    PROVINSI AK

    ACEH 14.64

    SUMUT 15.71*

    SUMBAR 14.72

    RIAU 14.91

    JAMBI 14.35

    SUMSEL 15.23**

    BENGKULU 13.8

    LAMPUNG 15.22

    KEP.BANGKA 13.46***

    KEP.RIAU 13.76

    Sumber: badan pusat statistika (data diolah menggunakan eviews 9)

    * : Berdasarkan rata-rata AK tertinggi pertama

    ** : Berdasarkan rata-rata AK tertinggi kedua

    ***: Berdasarkan rata-rata AK terendah

    2022 | Jurnal Studi Pemerintahan dan Akuntabilitas (Jastaka)/ Vol 1 No 2, 111-124

    123

    Berdasarkan perhitungan rata-rata angkatan kerja pada sepuluh provinsi yang ada di Pulau Sumatera

    diketahui bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki rata-rata tertinggi sebesar 15,71 persen, setelah itu ratarata

    angkatan kerja tertinggi kedua yaitu provinsi Sumatera Selatan, dan rata-rata angkatan kerja terendah

    ada pada provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 13,46 persen.

    Angkatan kerja memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, apabila angka angkatan kerja

    meningkat dan tersebar merata memberikan dampak positif meningkatnya perekonomian suatu daerah

    tersebut. Pada provinsi Sumatera Utara, menurut laporan perekonomian Bank Indonesia (2019),

    pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2019 tumbuh cukup tinggi sebesar 5,11% (yoy).

    5. Kesimpulan

    Jumlah penduduk, angkatan kerja memiliki pengaruh positif secara signifikan dan penanaman modal dalam

    negeri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Pulau Sumatera. Serta investasi

    PMDN, Angkatan kerja dan jumlah penduduk besama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

    ekonomi di Provinsi Pulau Sumatera tahun 2015-2019.

    Limitasi dan Studi Lanjutan

    Pada penelitian ini yang menjadi limitasi atau kelemahan adalah kurangnya data yang diperoleh sehingga

    memiliki keterbatasan pada saat proses penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian selanjutnya

    diharapkan dapat lebih luas lagi mendeskripsikan terkait indikator lain dari pertumbuhan ekonomi

    sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan lebih maksimal dalam menjelaskan fenomena.

    Ucapan terima kasih

    Puja dan puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberikan kami segala

    kemudahan dalam menyelesaikan penelitian ini dalam waktu yang sesingkat-sesingkatnya. Tak lupa

    ucapan terima kasih kami haturkan dengan tulus kepada Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si, Ibu Dr. Neli Aida,

    S.E., M.Si, Bapak Dr. Heru Wahyudi, S.E., M.Si, dan Bapak Dedi Yuliawan, S.E., M.Si selaku pembahas

    dan pembimbing tugas Ujian Akhir. Meskipun Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, Semoga hasil

    yang didapatkan sebaik kerja keras yang telah saya berikan untuk pembuatan artikel ini. Sekian dan

    Terima kasih.

    Newer Post
    Previous
    This is the last post.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera (Analysis of Economic Growth Sumatera) Rating: 5 Reviewed By: Jass
    Scroll to Top