Megaproyek Jalan Tol Trans Sumatra atau JTTS dimulai pada awal tahun periode pertama Presiden Jokowi. Melalui Perpres No. 100/2014 yang diubah dengan Perpres No. 117/2015, Pemerintah memberi amanat kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk membangun dan mengembangkan tol trans Sumatra.
Bisnis, JAKARTA – Eka Permata Adi bergegas ke toko serba ada membeli camilan dan minuman tepat jam kerjanya berakhir. Di akhir pekan kedua bulan Agustus 2023 itu, dia punya satu misi, menyusuri lintas Sumatra menggunakan tol.
Warga Bekasi, Jawa Barat tersebut ingin menjajal keahlian dan kekuatan. Selama ini Eka pulang kampung ke Padang, Sumatra Barat sebagai seorang penumpang. Kini, dia ingin menjadi pengemudi.
Uji coba dilakukan Eka karena dia masih belum berani bepergian jauh. Maklum, dia baru bisa mengendarai mobil dalam beberapa tahun terakhir.
Setelah persiapan beres, dia berangkat dari kantor yang berlokasi di Jakarta Timur masih pada jam pulang kerja, yaitu 18.30 WIB. Meliuk menerabas kemacetan ibu kota di jalan bebas hambatan, Eka dan seorang kawan yang bertugas menemaninya selama perjalanan tiba di Pelabuhan Merak, Banten pada 22.00 WIB.
Eka baru turun kapal penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni, Lampung pada Sabtu pukul 01.00 WIB. Di situ dia mempersiapkan diri matang-matang agar sampai Palembang dengan selamat.
Kawan seperjalanan disuruh tidur. Eka membuat simulasi pulang kampung pada malam hari. Ditemani cahaya lampu jalan dan sinar bulan purnama, dia melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam.
Berkendara santai, Eka ambil dua kali istirahat di rest area. Selain menjaga fokus, dia ingin melepas kantuk. Pagi hari pukul 08.00 WIB Eka tiba di Bumi Sriwijaya.
“Saya istirahat sebentar sambil menikmati pempek di pinggir Sungai Musi. Setelah itu pulang lagi ke Jakarta. Saya masih bawa mobil. Teman saya menggantikan saat sudah sampai di Pulau Jawa karena saya sudah biasa dengan medannya,” katanya kepada Bisnis awal pekan ini.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Eka mengaku bisa mengemudi sampai Palembang. Dia sangat menantikan tol trans Sumatra bisa tersambung, khususnya sampai Padang.
Jika itu terjadi, Eka mengaku bakal sering pulang kampung bersama keluarga. Dia meyakini ke Padang menggunakan kendaraan pribadi lebih irit dibandingkan dengan naik pesawat. Keuntungan lainnya adalah dia bisa bepergian ke tempat wisata secara bebas.
“Saya sudah punya hitungan kasar. Kalau tol Sumatra benar-benar tersambung, ke Padang bisa sehari semalam. Saya percaya diri bawa mobil sendiri kalau sudah jadi dan tidak sabar menantikan itu,” jelasnya.
Megaproyek Jalan Tol Trans Sumatra atau JTTS dimulai pada periode pertama Presiden Joko Widodo. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 100/2014 yang diubah dengan Perpres No. 117/2015, Pemerintah memberi amanat kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk membangun dan mengembangkan tol trans Sumatera.
Pertimbangan Jokowi menghubungkan Swarnadwipa adalah pulau tersebut memiliki peran penting dalam perekonomian negara. Saat itu atau pada 2015, Sumatera menyumbang 22,21% produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Ini merupakan terbesar kedua setelah Jawa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Kontribusi tersebut tidak berubah hingga kini. Itu sebabnya keberlanjutan dan kemajuan ekonomi di Sumatra sangat diperlukan. Salah satunya adalah dengan menghubungkan kota demi kota melalui tol.
Tol ini akan menghubungkan Lampung hingga Aceh melalui 24 ruas berbeda yang panjang keseluruhannya mencapai 2.704 km. Berdasarkan data terbaru Perseroan, Hutama Karya telah membangun JTTS sepanjang sekitar 1.030 km. Untuk ruas tol konstruksi sepanjang 286,4 km dan 743,6 km ruas tol operasi.
Terbaru, Presiden Widodo meresmikan dua ruas JTTS, yaitu Tol Indrapura-Kisaran seksi I Indrapura-Lima Puluh (15,6 km) dan Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat seksi I Tebing Tinggi-Indrapura (28 km).
Jokowi mengatakan bahwa jalan tol tersebut bakal mempersingkat konektivitas kawasan pariwisata di Danau Toba. Lalu, memperpendek waktu ke daerah kawasan ekonomi khusus (KEK).
Selain itu juga mempercepat waktu tempuh dari Medan dan sekitarnya menuju Kisaran. Dengan begitu, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendorong tumbuhnya wisata baru.
Sumatra Utara yang semakin tumbuh diharapkan juga dapat menarik minat penanam modal untuk berinvestasi di sana. “Dan meningkatkan kunjungan wisata ke destinasi seperti Danau Toba dan sekitarnya, mengefisienkan biaya logistik, meningkatkan daya saing daerah, serta menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya,” katanya saat peresmian awal bulan ini.
Manfaatkan Potensi Genjot Ekonomi
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menerangkan bahwa pembangunan tol trans Sumatra berdampak positif menggenjot ekonomi karena menghubungkan antarkota.
Meski begitu, dia melihat masih banyak potensi yang bisa digenjot dari proyek JTTS. Itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi di kota-kota Sumatra yang berada di angka 4,5—5% atau sama dengan realisasi nasional.
Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur saja dirasa belum optimal menggenjot ekonomi dan menyejahterakan warga Swarnadwipa. Menurutnya, perlu juga dibentuk soft skill. Dengan begitu, terbentuk para pelaku usaha yang bisa memanfaatkan konektivitas JTTS.
Baca juga: Wijaya Karya (WIKA) Bakal Bangun Jalan Tol di IKN senilai Rp1,2 Triliun
“Jadi, lembaga lain juga harus melakukan sesuatu dan berkolaborasi dengan para stakeholders untuk memastikan semua bermanfaat ke depannya,” terangnya.
Hutama Karya pun menyadari hal tersebut. Perseroan memiliki program PUMK yang bertujuan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Harapannya memberikan efek berantai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar aktivitas operasi Hutama Karya.
Bentuk PUMK adalah memberikan pinjaman modal kerja dan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan usaha. Sepanjang 2023, Hutama Karya Infrastruktur merealisasikan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) senilai Rp2,4 miliar.
TJSL dilakukan untuk membantu masyarakat serta mendukung pembangunan berkelanjutan. Program tersebut mengacu pada pilar-pilar tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu pilar sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti mengatakan bahwa sepanjang tahun lalu, HKI menjalankan berbagai program dengan nilai realisasi berdasarkan TPB masing-masing pilar yaitu 48% pada pilar sosial, pilar lingkungan 29%, dan pilar ekonomi 23%.
“Sepanjang tahun 2023, HKI berusaha hadir di tengah masyarakat Jawa serta Sumatra melalui berbagai program TJSL dan pemberdayaan usaha kecil dan mikro (UMK) sebagai kepedulian perusahaan terutama pada wilayah yang berdekatan langsung dengan aktivitas perusahaan,” katanya melalui keterangan pers.
0 comments:
Post a Comment